3 Tahun ke Depan Natuna Tak lagi Dilayani Singapura

? Sistem baru bernama TOP SKY ? detik

Menjaga kedaulatan negara bisa dilakukan lewat berbagai hal, salah satunya melakukan modernisasi peralatan navigasi penerbangan di Indonesia.

Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan menjelaskan, dalam rangka menjaga kedaulatan negara, Flight Information Region (FIR) di daerah Natuna yang saat ini masih dilayani Singapura harus bisa diambil alih oleh navigasi Indonesia.

"Sesuai arahan Presiden, setidaknya dalam tiga tahun ke depan, Flight Information Region (FIR) di daerah Natuna yang saat ini masih dilayani Signapura, sudah bisa dilayani navigasi Indonesia," kata dia dalam keterangannya, Sabtu (16/1/2016).

Sehubungan dengan itu, Kementerian Perhubungan terus mendorong dilakukannya modernisasi peralatan navigasi penerbangan di Indonesia.

Hari ini, Jonan meresmikan penggunaan sistem baru bernama TOP SKY di Pusat Pengendalian Lalu Lintas Penerbangan di Makassar atau yang biasa disebut Makassar Air Traffic Service Center (MATSC).

"Penggunaan sistem terbaru bernama Top Sky di MATSC yang dikelola Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia), dapat mendorong pengaturan navigasi penerbangan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan serta meningkatkan pelayanan penerbangan," kata dia.

Perlu diketahui, Pengelolaan arus lalu lintas udara di Indonesia dibagi menjadi dua wilayah ruang udara atau Flight Information Region (FIR). FIR untuk kawasan barat Indonesia berada di Jakarta (JAATS Building) dan FIR untuk kawasan timur Indonesia berada di Makassar (MATSC Building).

MATSC melayani navigasi penerbangan mulai dari Semarang sampai dengan wilayah timur Indonesia seperti Papua. Cakupan wilayah yang dilayani MTSC lebih luas daripada yang dilayani JAATS, oleh karena itu sistem navigasinya perlu ditingkatkan.

Direktur Utama LPPNPI atau Airnav Indonesia, Bambang Tjahjono mengatakan, Sistem TOP SKY merupakan next generation atau generasi terbaru Air Traffic Controller (ATC) Automation System, dari perusahaan Thales, yang sudah dikenal andal digunakan membantu pemandu lalu lintas penerbangan atau ATC dalam memberikan layanan pemanduan pergerakan pesawat.

"Sistem ini telah digunakan di beberapa negara di dunia dan beberapa negara di Asia Pasifik juga menggunakan sistem ini seperti Australia, Singapura, Filipina, India, Brunei," jelas Bambang.

Sebelum menggunakan sistem Top Sky, MATSC mengunakan sistem Eurocat X yang diproduksi juga oleh perusahaan Thales, yang telah digunakan sejak tahun 2005. Kemudian pada tahun 2009, sistem Eurocat X diupgrade untuk menambah kemampuan pengawasan (surveillance) menjadi tipe ADS-B.

Di 2015, sistem Eurocat X diubah menjadi sistem TOP SKY dan telah digunakan sejak 21 Desember 2015.

Sistem TOP SKY secara teknis memiliki beberapa kelebihan diantaranya, memiliki flight plan format terbaru sesuai standar International Civil Aviation Organization (ICAO), Basic Air Traffic Management (ATM) System (SDPS, FDPS, Flight Trajectory Calculation, dan lain-lain), Controller Pilot Data Link Communication berbasis IP, Electronic Strip dan ADS-B Surveillance.

"Sistem ini juga memiliki fungsi Operation, Simulator & Computer-Based Training, penambahan fitur perhitungan separasi untuk proseduran maupun surveillance secara longitudinal dan lateral yang lebih optimal, serta memiliki spesifikasi hardware dengan teknologi terkini," pungkas Bambang. (dna/hen)

 Penerbangan RI No.2 Setelah China, Navigasi Harus Modern 

Sistem navigasi baru, Top Sky resmi diterapkan di pusat Pengendalian Lalu Lintas Penerbangan di Makassar atau yang biasa disebut Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) yang dikelola Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) hari ini, Sabtu (16/1/2016).

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, penerapan teknologi yang lebih modern mutlak dilakukan dunia penerbangan nasional mengingat aktifitas penerbangan yang semakin tumbuh besar.

"Pengelolaan navigasi udara harus lebih baik mengikuti zaman, sebab pertumbuhan angkutan udara kita 2 kali lipat selama 10 tahun terakhir, peringkat Indonesia nomor 2 setelah Tiongkok, frekuensi penerbangan kita tumbuh 10% setiap tahunnya, peralatan navigasi udara harus lebih modern supaya keselamatan penerbangan lebih baik, perbedaan signifikan otomasi bisa langsung ke monitoring radar," ujar Jonan saat peresmian tersebut.

Menurutnya, penggunaan sistem terbaru bernama Top Sky yang digunakan di MATSC, dapat mendorong pengaturan navigasi penerbangan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan serta meningkatkan pelayanan penerbangan.

Jonan menambahkan, sesuai arahan Presiden Jokowi, setidaknya dalam tiga tahun kedepan, FIR di daerah Natuna yang saat ini masih dilayani Singapura, sudah bisa dilayani navigasi Indonesia. Untuk itu, Airnav Indonesia harus terus mengembangkan diri sehingga seluruh layanannya comply dengan kemajuan teknologi dan regulasi penerbangan internasional. (mna/dna)

  ? detik  
3 Tahun ke Depan Natuna Tak lagi Dilayani Singapura 3 Tahun ke Depan Natuna Tak lagi Dilayani Singapura Reviewed by Unknown on 6:00:00 AM Rating: 5
Powered by Blogger.