AgustaWestland AW139 Basarnas
Helikopter BASARNAS dengan Endurance Tertinggi AW139 Basarnas
Meski gagal meloloskan order tiga unit helikopter kepresidenan AW101 VVIP, AgustaWestland (sekarang Finmeccanica Helicopter Division) masih mendapat angin segar untuk eksis di Indonesia. Setelah berhasil menjual dua unit heli AW139 ke Travira Air, perusahaan charter pesawat/helikopter yang berbasis di Jakarta, dengan basis tipe AW139, Finmeccanica telah memasok helikopter untuk kebutuhan BASARNAS (Badan SAR Nasional). Bahkan AW139 didapuk sebagai helikopter BASARNAS yang paling canggih.
Dalam menunjang misi SAR, BASARNAS sudah barang tentu mengindamkan sosok helikopter yang tak hanya punya mesin tangguh dan handal, tapi lebih spesifik lagi heli harus punya endurance terbang tinggi, payload lumayan besar, dan dilengkapi hoist kit capacity yang memadai untuk menarik korban lewat tali. Sampai saat ini, predikat helikopter Basarnas yang battle proven dan kondang dalam misi SAR AirAsia QZ8501 adalah Dauphin AS365 N3+ buatan Airbus Helicopters.
Meski Dauphin AS365 N3+ kinerjanya cukup maksimal, AW139 yang juga sama-sama mengusung twin engine punya kapabilitas endurance lebih lama untuk melakukan misi SAR. Jika Dauphin yang dirakit PT Dirgantara Indonesia sanggup terbang selama 4 jam, maka AW139 dapat terbang hingga 6 jam. Tentunya endurance yang lebih tinggi amat diperlukan saat melaksanakan misi SAR diatas lautan terbuka.
Sementara bicara tentang payload, AW139 dapat membawa muatan hingga 2.778 kg, sementara penumpang yang dapat dibawa hingga 15 personel, plus dua awak (pilot dan copilot). Guna menunjang misi SAR, AW139 punya kecepatan jelajah yang cukup tinggi 306 km per jam dan jarak jangkau operasi mencapai radius 1.250 Km. Dapur pacu heli ini ditenagai mesin turboshaft 2 x Pratt & Whitney PT6C-67C. Dengan dukungan teknologi One Engine Inoperative (OEI), mesin dirancang untuk adaptif dalam beragam kondisi ektrim. Kemampuan hovering yang baik juga menjadi daya pikat AW139 sebagai heli SAR yang tangguh.
Untuk menunjang evakuasi korban selama hovering, perangkat external electrical hoist kit yang ada punya spesifikasi yang sama dengan heli Dauphin, yakni dapat menarik beban lewat tali seberat 272 kg, panjang kabelnya sendiri 90 meter. Pintu geser besar di setiap sisi kabin menyediakan akses yang luas ke kabin untuk korban dan tandu. Uniknya AW139 memiliki tambahan 3,4 m3 dari kompartemen bagasi yang dapat diakses dari dalam atau luar helikopter. Kelengkapan lain yang diperlukan dalam misi SAR seperti Emergency float kit, Twin 17 place life raft installation, radar cuaca, FLIR, dan night-sun search light SX-16.
Teknologi kokpitnya sudah tergolong state-of-the-art display dengan 4-axis digital autopilot (with hover mode) dan full digital electronic engine control (FADEC) meminimalkan beban kerja pilot dan mengoptimalkan efisiensi operasional. Harapannya BASARNAS dapat memiliki satu skadron helikopter ini, meski yang dipesan saat ini baru satu unit. (Bayu Pamungkas)
Meski gagal meloloskan order tiga unit helikopter kepresidenan AW101 VVIP, AgustaWestland (sekarang Finmeccanica Helicopter Division) masih mendapat angin segar untuk eksis di Indonesia. Setelah berhasil menjual dua unit heli AW139 ke Travira Air, perusahaan charter pesawat/helikopter yang berbasis di Jakarta, dengan basis tipe AW139, Finmeccanica telah memasok helikopter untuk kebutuhan BASARNAS (Badan SAR Nasional). Bahkan AW139 didapuk sebagai helikopter BASARNAS yang paling canggih.
Dalam menunjang misi SAR, BASARNAS sudah barang tentu mengindamkan sosok helikopter yang tak hanya punya mesin tangguh dan handal, tapi lebih spesifik lagi heli harus punya endurance terbang tinggi, payload lumayan besar, dan dilengkapi hoist kit capacity yang memadai untuk menarik korban lewat tali. Sampai saat ini, predikat helikopter Basarnas yang battle proven dan kondang dalam misi SAR AirAsia QZ8501 adalah Dauphin AS365 N3+ buatan Airbus Helicopters.
Meski Dauphin AS365 N3+ kinerjanya cukup maksimal, AW139 yang juga sama-sama mengusung twin engine punya kapabilitas endurance lebih lama untuk melakukan misi SAR. Jika Dauphin yang dirakit PT Dirgantara Indonesia sanggup terbang selama 4 jam, maka AW139 dapat terbang hingga 6 jam. Tentunya endurance yang lebih tinggi amat diperlukan saat melaksanakan misi SAR diatas lautan terbuka.
Sementara bicara tentang payload, AW139 dapat membawa muatan hingga 2.778 kg, sementara penumpang yang dapat dibawa hingga 15 personel, plus dua awak (pilot dan copilot). Guna menunjang misi SAR, AW139 punya kecepatan jelajah yang cukup tinggi 306 km per jam dan jarak jangkau operasi mencapai radius 1.250 Km. Dapur pacu heli ini ditenagai mesin turboshaft 2 x Pratt & Whitney PT6C-67C. Dengan dukungan teknologi One Engine Inoperative (OEI), mesin dirancang untuk adaptif dalam beragam kondisi ektrim. Kemampuan hovering yang baik juga menjadi daya pikat AW139 sebagai heli SAR yang tangguh.
Untuk menunjang evakuasi korban selama hovering, perangkat external electrical hoist kit yang ada punya spesifikasi yang sama dengan heli Dauphin, yakni dapat menarik beban lewat tali seberat 272 kg, panjang kabelnya sendiri 90 meter. Pintu geser besar di setiap sisi kabin menyediakan akses yang luas ke kabin untuk korban dan tandu. Uniknya AW139 memiliki tambahan 3,4 m3 dari kompartemen bagasi yang dapat diakses dari dalam atau luar helikopter. Kelengkapan lain yang diperlukan dalam misi SAR seperti Emergency float kit, Twin 17 place life raft installation, radar cuaca, FLIR, dan night-sun search light SX-16.
Teknologi kokpitnya sudah tergolong state-of-the-art display dengan 4-axis digital autopilot (with hover mode) dan full digital electronic engine control (FADEC) meminimalkan beban kerja pilot dan mengoptimalkan efisiensi operasional. Harapannya BASARNAS dapat memiliki satu skadron helikopter ini, meski yang dipesan saat ini baru satu unit. (Bayu Pamungkas)
AgustaWestland AW139 Basarnas
Reviewed by Unknown
on
9:00:00 AM
Rating: